Sebagai kejutan, Sultan Husain turut menarikan Cakalele, memikat hati ribuan pasang mata yang hadir. Aksi Sultan ini menjadi simbol keterlibatan langsungnya dalam melestarikan budaya Maluku Utara.
Dalam pidato budayanya, Sultan menyampaikan rasa bangga atas semangat masyarakat menjaga warisan leluhur. “Saya sangat bangga melihat semangat ini. Budaya kita adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan masa lalu sekaligus menjadi cahaya untuk masa depan. Jangan pernah lelah menjaga keragaman dan kedamaian di bumi Hibualamo ini,” ujar Sultan.
Sultan juga mengingatkan pentingnya menjaga Maluku Utara dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. “Hibualamo adalah tanah suci, dihuni oleh imam, ulama, dan pendeta. Kita harus menjaga kesuciannya dan menjauhkan diri dari perilaku yang merusak moral serta integritas.”
Di akhir pidatonya, Sultan mengajak masyarakat memilih pemimpin yang benar-benar peduli terhadap rakyat pada Pilkada mendatang. Namun, ia menegaskan bahwa perdamaian adalah yang utama. “Pilkada hanya berlangsung sesaat, tetapi persaudaraan harus terus dijaga. Kedamaian lebih penting daripada ambisi politik,” tegasnya.
Acara ditutup dengan pesta rakyat yang meriah, diiringi hiburan dari artis lokal yang membawakan lagu-lagu tradisional. Marvi Lewa, seorang warga Tobelo, menyampaikan rasa harunya. “Pidato Sultan sangat menyentuh. Kita semua meskipun berbeda, tetap satu rumah. Jou dimana, tong disitu,” ungkapnya.
Gebyar Budaya ini membuktikan bahwa warisan budaya Maluku Utara memiliki kekuatan besar untuk menyatukan masyarakat. Dengan semangat dan kecintaan yang kuat terhadap budaya, wibawa Maluku Utara terus terangkat sebagai kebanggaan yang abadi.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar
Artikel Terkait