Pergantian Komandan Tentara Belanda Intensifkan Serangan, Para Kapitan Pasukan Pattimura Gugur

Avirista Midaada
Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura yang memiliki nama asli Thomas Matulessy pejuang yang gagah berani menentang dan melawan penjajahan Belanda di Tanah Maluku. (Foto : Ist)

AMBON, iNewsAmbon.id - Serangan frontal pasukan Pattimura ke Benteng Amsterdam pada 24 Juni 1817 membuat Belanda kembali kewalahan. Dalam serangan ini, Residen Belanda Burggraaf berhasil dilumpuhkan dengan tusukan pedang dan tombak, membuatnya tak berdaya.

Tekanan dari pasukan Pattimura memaksa Gubernur Belanda Middelkoop mengganti komandan militer mereka. Smit de Haart, yang terkenal dengan strategi agresif, ditunjuk untuk memimpin pasukan.

Pada pertengahan Juli, de Haart melancarkan serangan ke Benteng Kaitetu, yang terdiri dari beberapa benteng kecil dengan kapasitas sekitar 100 orang per benteng. Benteng ini strategis karena menjadi basis serangan Kapitan Ulupaha terhadap Benteng Amsterdam.

 
Beberapa hari kemudian, de Haart menyerang Benteng Hautana. Setelah Hautana jatuh, ia melanjutkan perjalanan ke Lebelau, seperti yang tercatat dalam buku Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia.

Di Lebelau, pertempuran sengit terjadi. Saat kedua pihak kehabisan peluru, perang tanding tidak terelakkan. Dalam pertempuran ini, beberapa kapitan pasukan Pattimura gugur, termasuk Kapitan Tomal dari Liang, Kapitan Patikeker dari Kulor, Kapitan Mulubara dari Iha, dan Kapitan Sakatuna dari Hautuna. Sebelumnya, di Hautana, Kapitan Jakapara dan Kapitan Patikuli juga gugur.

Pasukan Pattimura di Lebelau diperkuat oleh prajurit dari negeri-negeri sekitar seperti Lima dan Luhu. Namun, di saat yang sama, saat Kapitan Ulupaha berada di Seram, pasukan Belanda menyerang Seit.

Meski dipimpin oleh wakil-wakil Ulupaha, pasukan Seit akhirnya harus menyerah kepada kekuatan Belanda. Penduduk Seit mengungsi ke Seram melalui Tanjung Sial, menyaksikan desa mereka dibakar habis oleh Belanda.

Sekembalinya dari Seram, Ulupaha bertekad untuk membalas kekalahan ini. Dengan bantuan pasukan dari Luhu dan Tanunu, ia berhasil menghancurkan koloni Belanda di Desa Luhu dan merebut benteng di sana. Benteng Loki, yang terletak tidak jauh dari lokasi tersebut, juga berhasil direbut.

Setelah kemenangan ini, Ulupaha mengerahkan pasukan Alifuru untuk mencegah penduduk desa yang memihak Belanda memanen cengkih tahun itu.

Upaya ini menunjukkan keteguhan perjuangan Pattimura dan pasukannya melawan kekuatan penjajah.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network