Mengenang Kembali 351 Tahun Lalu Gempa Dahsyat dan Tsunami Landa Ambon, 2 Ribu Orang Tewas saat Itu

Sementara itu, Ketua Tim Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah, menegaskan bahwa peristiwa tsunami ini menjadi dasar bagi BMKG untuk terus mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Sebagai langkah konkret, BMKG mendampingi masyarakat Kota Ambon dalam meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi tsunami melalui program Masyarakat Siaga Tsunami atau Tsunami Ready Community.
Sejak 2023, BMKG telah mendampingi Negeri Hative Kecil dan Negeri Galala dengan menyelenggarakan Sekolah Lapang Gempa Bumi yang dilanjutkan dengan simulasi gempa dan tsunami. Puncaknya, pada 11 November 2024, dalam Simposium Tsunami Global di Banda Aceh, BMKG menghadirkan perwakilan dari Desa Galala dan Hative Kecil untuk menerima pengakuan internasional sebagai komunitas siaga tsunami dalam program UNESCO-IOC Tsunami Ready Recognition.
Pj. Wali Kota Ambon, Dominggus Nicodemus Kaya, mengapresiasi peran BMKG dalam pelaksanaan program Tsunami Ready di Galala dan Hative Kecil yang kini telah mendapat pengakuan internasional. Ia menegaskan bahwa meskipun ancaman gempa dan tsunami di Kota Ambon tidak dapat dihilangkan, semua pihak harus bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas dalam menghadapi bencana.
"Baik secara individu maupun komunitas, kesiapsiagaan perlu ditingkatkan melalui pengenalan risiko, pemetaan daerah rawan bencana, edukasi, penyusunan dokumen kedaruratan, hingga latihan kesiapsiagaan. Sejarah panjang menunjukkan bahwa ancaman bencana selalu ada, dan ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan," pungkasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta