AMBON, iNewsAmbon.id – Polres Buru menetapkan lima tersangka kasus jatuhnya kontainer berisi Bahan Kimia Beracun dan Berbahaya (B3) illegal saat bongkar muat di pelabuhan Namlea, Kabupaten Buru, Maluku.
Adapun ke-5 tersangka itu adalah HW alias Aris alias Puang Aris selaku pemilik barang berbahaya dan beracun (B3) di dalam kontainer, R alias Ridho, dan F alias Fadli sebagai pihak ekspedisi yang bertanggung jawab atas pengiriman kontainer berisi B3.
Dua lainnya adalah HG alias Anto selaku orang yang menyuruh melakukan pengoperasian Block Crane kontainer berisi B3, saat bongkar muat di kapal KM. Dorolonda, dan HK alias Harun sebagai orang yang mengoperasikan Block Crane untuk menurunkan kontainer berisi B3 yang akibat kelalaiannya menyebabkan kontainer berisi B3 jatuh ke laut.
Selain menetapkan lima tersangka, polisi juga mengamankan barang bukti B3. Seperti Sodium Tetraborate Decahydrate, Natrium Hidroksia (NaOH), Karbon (C), Kalsium Karbona (CaCO3), Kalsium Oksida (CaO), Asam Nitrat (HNO3), Hidrogen Peroksida (H2O2), Natrium Sianida (NaCN), dan Sianida (CN).
“Kelima tersangka terancam dihukum pidana penjara minimal lima tahun, maksimal lima belas tahun dan denda paling sedikit lima miliar rupiah dan paling banyak lima belas miliar rupiah,” ungkap Kapolres Pulau Buru Akbp Nur Rahman, S.I.K., saat konferensi pers di Gedung Satreskrim Polres Buru, Kamis (14/7/2023).
Seperti diketahui, pada 28 Maret lalu, kontainer nomor GVCU210168-2 berukuran 20 feet (18 ton) jatuh ke laut dari KM Doloronda saat bongkar mat di Pelabuhan Buru. Kontainer yang belakangam diketahui memuat materi mengandung B3 itu menyebabkan matinya sejumlah biota laut di perairan tersebut.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol M. Rum Ohoirat, modus operandi yang dilakukan yaitu pemilik barang memasukkan B3 yang dilarang menurut Perundang-undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Caranya dengan mengelabui petugas dimana B3 tersebut dikemas dalam bentuk kemasan karung terigu, dan hal tersebut diketahui oleh pihak pengirim (ekspedisi), serta di dalam manivest pengiriman yang terdaftar adalah barang campuran bukan Barang B3,” ujarnya.
Di sisi lain, jatuhnya kontainer juga diduga akibat kelalaian dari operator Block Crane. Pasalnya, operator itu tidak memiliki kualifikasi dan sertifikasi dalam mengoperasikan Block Crane.
“Sedangkan orang yang bertanggung jawab atas proses bongkar muat barang di pelabuhan laut Namlea, mengabaikan dan tidak melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai penggunaan tenaga operator yang mengoperasikan Block Crane maupun proses bongkar muat di pelabuhan laut Namlea,” jelasnya.
Kelima tersangka dijerat menggunakan pasal 107 dan atau Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, telah diubah dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 dan Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup jo Pasal 55 ayat (1) ke-1e KUHPidana.
Juru bicara Polda Maluku ini menambahkan, dengan ditetapkannya kelima tersangka, secara otomatis menepis semua tudingan miring dari berbagai pihak terhadap penanganan kasus tersebut.
“Selama ini banyak pihak yang menuding kita mendiamkan kasus ini. Padahal kita diam bukan berarti kita tidak bekerja. Tapi penyidik terus bekerja untuk mengungkap kasus itu secara terang benderang sesuai alat bukti yang didapat kepada publik,” tegasnya.
Terkait pengungkapan kasus itu, Kapolda Maluku Irjen Pol Lotharia Latif memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Polres Pulau Buru yang telah bekerja keras dengan sangat baik.
Editor : Nevy Hetharia