get app
inews
Aa Read Next : Kendati Hujan, Aktivitas Penyeberangan Antarpulau Tetap Aman dan Lancar

Kisah Boymaira Suat, Anak Petani dari Pulau Buru Dapat Beasiswa S2 Ilmu Hukum di UGM

Jum'at, 05 April 2024 | 08:28 WIB
header img
Boymaira Suat, Anak Petani dari Pulau Buru Dapat Beasiswa S2 Ilmu Hukum di Universitas Gadjah Mada. Foto: LPDP Kemenkeu

JAKARTA, iNewsAmbon.id - Kisah inspiratif berasal dari Ratu Boi Maira Suat Pasai atau Boymaira Suat Pasai, seorang pemuda yang besar di Kabupaten Buru Selatan, Pulau Buru, Maluku. Dilahirkan dari keluarga sederhana dengan orang tua yang bekerja sebagai petani, Boy meneruskan pendidikannya hingga mendapatkan beasiswa untuk S2 Ilmu Hukum di UGM.

Boy memiliki impian untuk meraih pendidikan tinggi. Tidak puas hanya dengan lulus SMA dan sarjana, dia terus mengejar pendidikan hingga tingkat magister. Tujuannya adalah untuk membantu kampung halamannya yang masih tertinggal dalam bidang pendidikan dan pengetahuan.

Sebagai Anak Petani di Daerah Afirmasi

Leluhur Boy berasal dari Kepulauan Kei, Maluku. Orang tuanya pindah ke Pulau Buru untuk mencari kehidupan baru dan menjadi petani dengan menanam cengkeh, pala, dan kopra.

Boy lahir dan menghabiskan sebagian besar waktunya di Kabupaten Buru Selatan. Rumahnya hanya berjarak satu lemparan batu dari pantai, tepatnya dekat dengan Pantai Desa Waeteba.

Ekonomi masyarakat Pulau Buru bergantung pada hasil laut dan pertanian. Misalnya, harga kopra per kilogram adalah Rp3.000, dan satu panen biasanya menghasilkan sekitar satu ton, yang setara dengan pendapatan sebesar Rp3.000.000. Dua panen dilakukan dalam setahun, sehingga total pendapatan selama setahun hanya sekitar Rp6.000.000.

Pendapatan seperti itu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang rata-rata memiliki tiga sampai lima anak. Dalam kondisi ini, tidak mengherankan jika mayoritas penduduk hanya menamatkan SMP atau SMA, dan pendidikan tinggi dianggap sebagai sesuatu yang jauh dari jangkauan.

"Kemungkinan orang merasa sulit untuk melanjutkan ke perguruan tinggi adalah karena kondisi ekonomi keluarga," kata Boy, seperti yang dikutip dari situs LPDP Kemenkeu.

Struktur ini menyebabkan pendidikan bukanlah prioritas utama. Bahkan orang yang cukup mampu, seperti pemilik kebun, juga enggan melanjutkan pendidikan tinggi karena anggapan bahwa lulus sekolah tidak menjamin pekerjaan yang layak.

Keluarga Boy adalah salah satu yang menyadari pentingnya pendidikan tinggi. Dari lima saudara, tiga di antaranya sudah menamatkan perguruan tinggi, termasuk Boy.

Editor : Sazili Mustofa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut