“Kita tahu bahwa angka stunting di Indonesia masih tergolong tinggi. Menurut kategori WHO yaitu di atas 20 persen, sementara Indonesia masih 21 persen. Kalau balita berpotensi terpapar rokok di rumahnya maka ini menjadi salah satu hambatan kita dalam menurunkan stunting,” kata Dirjen Endang belum lama ini.
Sementara mengacu pada data dari Global Adult Tobacco Survey, dalam sebulan masyarakat Indonesia bisa mengeluarkan uang untuk membeli rokok sebesar Rp382.000. Padahal nilai uang itu bisa dialihkan untuk membeli protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk tumbuh supaya tidak stunting.
“Kalau mau berkontribusi untuk stunting, orang tua tidak usah merokok dan lebih baik gunakan uangnya untuk membeli protein hewani seperti telur,” katanya.
Ditambahkan Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan dr Nuswil Bernolian, Sp.Og (K), stunting disebabkan faktor multidimensi intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Karena itu para ibu dan orang tua harus paham bagaimana pola pengasuhan dan gizi anak di 1.000 hari pertama.
Editor : Nevy Hetharia