AMBON, iNewsAmbon.id - Peneliti dari Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harlin Turiah, mengemukakan rekomendasi penting untuk mempertahankan Bahasa Laha sebagai bahasa persatuan di Kota Ambon, mengingat statusnya yang terancam punah.
"Kami merekomendasikan kepada Pemerintah Kota Ambon untuk menjaga kelangsungan Bahasa Laha, dan salah satunya mempertimbangkan penggunaannya sebagai bahasa persatuan di daerah Ambon karena keberagaman dialek Bahasa Laha yang mencakup 15 variasi di Pulau Ambon, Pulau Seram, dan Pulau-Pulau Lease (Pulau Haruku, Pulau Saparua, dan Pulau Nusalaut)," papar Harlin dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (15/2/2024).
Harlin menyoroti data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat jumlah penduduk di Negeri Laha sebanyak 7.167 jiwa, tetapi hanya sekitar 240 orang yang aktif menggunakan Bahasa Laha, dengan mayoritas berusia di atas 50 tahun.
"Ironisnya, Bahasa Laha menghadapi ancaman kepunahan, terlihat dari jumlah yang sedikit dari penduduk Laha yang masih menggunakan bahasa ini secara aktif. Ini adalah aset budaya yang sangat berharga yang masih tersisa terkait dengan bahasa di Kota Ambon," ungkapnya.
Harlin menunjukkan bahwa lanskap kebahasaan di Maluku sangat beraneka ragam, bahkan dalam skala daerah atau kampung saja sudah terdapat perbedaan bahasa, menjadikan Maluku sebagai provinsi dengan jumlah bahasa terbanyak ketiga setelah Papua dan Nusa Tenggara Timur, sehingga pelestarian Bahasa Laha menjadi sangat penting.
"Dalam konteks Ambon, Bahasa Melayu Ambon atau sering disebut sebagai Bahasa Indonesia dialek Ambon lebih banyak digunakan secara umum. Bahasa Melayu Ambon ini telah mempengaruhi banyak masyarakat dan menjadi bahasa yang lebih umum digunakan," jelasnya.
Editor : Nevy Hetharia