Jejak Duka di Timor Timur, Prabowo Subianto Kenang Komandan yang Gugur dalam Pelukannya

Sekitar pukul 19.00, sepuluh menit setelah menyeberangi sungai, kelompok bersenjata Fretilin tiba-tiba melancarkan serangan dari arah barat. Kontak tembak tak terhindarkan antara pasukan mereka dan para pemberontak.
Dalam baku tembak yang sengit di tengah kegelapan malam, Sudaryanto yang berada di garis terdepan terkena tembakan. Serangan mendadak itu bahkan memaksa Unit C mundur beberapa meter dan bertahan di parit.
Meskipun terluka, Sudaryanto tetap memanggil anak buahnya, termasuk Prabowo. "Saya putuskan untuk merayap maju sendiri, meskipun sangat berbahaya karena musuh ada di depan dan baku tembak masih berlangsung. Namun, jika tidak diambil, kita akan mengecewakan komandan dan semangat pasukan akan menurun," kenang Prabowo.
Sayangnya, upaya penyelamatan yang dilakukan Prabowo menemui kendala berat akibat sulitnya medan dan postur tubuh Sudaryanto yang besar. Evakuasi baru berhasil setelah beberapa prajurit lainnya bergabung membantu. Sudaryanto akhirnya berhasil ditarik mundur ke garis belakang.
Di bawah hujan peluru, Prabowo segera melaporkan situasi genting tersebut kepada komando. Namun, kegelapan malam yang pekat membuat tak satu pun helikopter berani melakukan pendaratan.
"Beliau bertahan hingga pukul 03.00 dini hari, namun akhirnya menghembuskan napas terakhir di pelukan saya. Saya takkan pernah melupakan saat-saat terakhir komandan saya," kenang Prabowo dengan pilu.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta