Maluku memiliki sekitar 70 bahasa daerah, tetapi hanya sedikit yang masih aktif digunakan, terutama oleh generasi muda. Karenisa menekankan pentingnya inisiatif dari penutur asli dan dukungan pemerintah daerah untuk melestarikan bahasa daerah.
“Kegiatan ini kami harap bisa memantik semangat masyarakat untuk mengajarkan bahasa daerah kepada generasi muda. Berbahasa daerah adalah identitas kita, dan hilangnya bahasa berarti hilangnya jati diri,” tambahnya.
Upaya Mengubah Persepsi Generasi Muda
Melalui festival ini, Kantor Bahasa Maluku ingin menegaskan bahwa menggunakan bahasa daerah bukanlah sesuatu yang memalukan.
Sebaliknya, bahasa daerah adalah simbol kebanggaan dan identitas budaya yang harus dilestarikan.
“Tujuan kami adalah menaikkan gengsi bahasa daerah dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya mempertahankan bahasa sebagai bagian dari jati diri. Tanpa bahasa daerah, kita kehilangan sebagian besar identitas kita,” pungkas Kity.
Kantor Bahasa Maluku berharap inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah untuk mengadakan kegiatan serupa di masa mendatang.
Pelestarian bahasa daerah membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, termasuk penutur asli, generasi muda, dan pemerintah.
Dengan festival ini, bahasa Melayu Ambon tidak hanya dilestarikan, tetapi juga menjadi alat untuk memperkenalkan keunikan budaya Maluku kepada generasi berikutnya.
Editor : Nevy Hetharia