BANDA NEIRA, iNewsAmbon.id - Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menjadi kontestan Pilpres 2024 pertama yang mengunjungi Pulau Banda Neira, Maluku Tengah, dalam rangkaian kampanye.
Capres yang didukung Partai Perindo itu, tiba di Banda Neira pada Selasa (30/1/2024). Selama kunjungannya, Ganjar bersyukur bisa mengunjungi pulau kecil penghasil pala, yang terkenal pada peta sejarah dunia, juga bangsa Indonesia.
Suami dari Situ Atikoh itu, langsung blusukan ke pasar rakyat, Pantai Lanena, rumah mantan Perdana Menteri Indonesia pertama Sutan Sjahrir dan rumah mantan Wapres Pertama Republik Indonesia, Muhammad Hatta atau Bung Hatta.
Di sana, Ganjar disambut masyarakat setempat dengan antusias. "Memang betul-betul indah, penuh dengan sejarah," ujar Ganjar, Rabu (30/1/2024).
Menurut capres berambut putih itu, Banda Neira memiliki keindahan alam yang luar biasa, serta potensi alam yang sudah diakui dunia, diantaranya sebagai penghasil Pala terbesar di dunia. Bahkan, sumber daya alam tersebut menarik bangsa Eropa untuk mengambil Pala dari wilayah tersebut.
"Alhamdulillah bisa tiba di Banda, ada sejarah yang cukup panjang, penjajahan yang cukup lama, karena orang mencari pala. Diceritakan di Eropa itu kalau orang punya Pala, kehidupan dan derajatnya naik. Ternyata Pala punya fungsi yang banyak sekali dan itu dari kita (Indonesia)," ujar Ganjar.
Ganjar juga menyoroti pentingnya situs-situs bersejarah di Banda Neira bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya rumah pengasingan Bung Hatta dan Sutan Syahrir.
"Ini cara kita mengedukasi," ujarnya, sambil menunjuk pada meja-meja untuk anak sekolah di rumah pengasingan Bung Hatta.
Dia mengungkapkan, belajar dari sosok proklamator, Bung Karno dan Bung Hatta, pasangan calon (Paslon) 3, Ganjar-Mahfud, menyadari betapa pendidikan menjadi kunci kemajuan.
Hal itu, dibuktikan Bung Hatta yang tetap setia mengedukasi masyarakat di Pulau Banda untuk berjuang menentang penjajahan Belanda, meskipun sedang dalam pengasingan.
"Maka kalau hari ini tidak memberikan fasilitas pendidikan, rasa-rasanya kita akan sulit maju. Inilah yang ada di Banda untuk kita bisa tahu bagaimana Pahlawan Revolusi kita berjuang, bagaimana ujung-ujung Indonesia yang hebat, dan Banda ini kecil tapi ceritanya mendunia. Saya sangat suka sekali," papar Ganjar.
Melihat keindahan alam dan keramahan penduduknya, Ganjar pun memahami arti perkataan Sutan Sjahrir yang mencintai Banda Neira meskipun diasingkan pemerintah belanda di pulau kecil tersebut.
"Jangan mati sebelum ke Banda Neira," kata Ganjar Pranowo, mengutip kata-kata Sjahrir.
Kunjungan Ganjar ini menjadi simbol komitmen untuk mendengarkan, meresapi, dan bersatu dengan masyarakat di ujung Indonesia, menjadikan setiap sudut negeri ini sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa, penghargaan terhadap sejarah, dan harapan akan masa depan Indonesia.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait