"Hal ini menyebabkan penurunan jumlah cerita yang diteruskan kepada anak, karena orang tua tidak lagi bercerita kepada anak-anak," katanya.
Namun, ia bersyukur karena banyak komunitas literasi yang aktif dalam menulis, menyebarluaskan, dan menginformasikan cerita anak.
"Kami berharap ini menjadi langkah baik untuk meneruskan cerita kepada anak-anak agar mereka tidak hanya terfokus pada gawai," ujarnya.
Kantor Bahasa Provinsi Maluku juga telah melaksanakan bimbingan teknis (bimtek) penulisan cerita anak yang diikuti oleh pegiat literasi dari lima kabupaten.
Hasil tulisan cerita anak dari bimtek ini akan diseleksi berdasarkan kriteria buku bermutu yang ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
"Jika lolos, karya tersebut akan dicetak dan dimanfaatkan sebagai bahan bacaan di Provinsi Maluku. Harapannya, ini dapat menghasilkan penulis dan penutur bahasa asli daerah," pungkas Kity Karenisa.
Editor : Nevy Hetharia
Artikel Terkait